01 October 2008





Baca Selengkapnya...

Iwan Fals - Tince Sukarti Binti Machmud [musik buat friendster]



Sila cari disini untuk judul lagu lainnya!!

Baca Selengkapnya...

22 December 2007

Melihat Ulang Kultur Kehidupan Masyarakat Banten

I. Pendahuluan

Agama memegang peranan terpenting dalam tatanan kehidupan masyarakat suatu bangsa, karena kedaulatan hukum tertinggi hanya kedaulatan Allah, Prinsif inilah yang selalu diusung oleh sekelompok gerakan-gerakan yang memperjuangkan penerapan syari'at Islam di dalam sebuah negara yang orientasinya 'menjadikan Indonesia sebagai Darul Islam', walaupun realita yang kita lihat mengenai hubungan agama dengan negara masih merupakan wacana diskusi yang masih menyisakan pertanyaan, meski telah diperdebatkan oleh para pemikir Islam tempo dulu hingga sekarang, tapi tetap saja belum bisa membuahkan kata mufakat di seputar perdebatan itu. Tetapi anehnya sampai sekarang wacana ini masih bisa dikatakan sebuah wacana yang masih ngetren khususnya di tanah air kita, realisasi itu secara tidak langsung sudah terlihat, dengan banyaknya sejumlah daerah yang diformalisasikan ke dalam Syari'at Islam (Perda), yang beberapa diantaranya sudah menerapkan.




Menurut penulis, munculnya tren syariah ini lebih dipicu kepada ketidak- berdayaan sistem yang ada untuk mengatasi segala persoalan hidup yang menghimpit bangsa Indonesia saat ini. Krisis multidimensi, makin banyaknya pengangguran diikuti dengan kenaikan harga barang kebutuhan pokok, hingga berbagai bencana yang bertubi-tubi menghantam bangsa Indonesia. Di tengah problematika ekonomi, sosial dan politik itulah rakyat Indonesia kemudian lari ke Tuhan, mendekati agama. Hal ini pun didukung dengan derasnya wacana keagamaan yang disebar oleh media elektronik melalui sinetron-sinetron religi-mistik. Barangkali, berawal dari situ, Syari'ah Islam yang diyakini sebagai kedaulatan Allah yang diharapkan dapat menjadi solusi atas berbagai persoalan tersebut dan juga diyakini dapat menghentikan segala malapetaka.
Lebih dari itu, Alasan yang cukup kuat untuk ditegakannya hukum syari'ah di sebuah negara, yaitu Mengutip dari dialognya Abu Bakar ba’asyir (Amir majelis Mujahidin Indonesia) dengan Prof. Dr. Lobi Luqman, ketika ditanya tentang apa definisi kata ibadah yang terdapat didalam UUD 45 pasal 29 ayat 2 “Negara menjamin kebebasan dan kemerdekaaan tiap-tiap penduduk untuk beribadah menurut Agama dan kepercayaannya itu” karena memang di dalam UUD 45 tidak ada penjelasannya, maka makna ibadah yang difahami oleh Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) sendiri yaitu segala ucapan dan perbuatan yang diridhoi oleh Allah itulah yang disebut ibadah, oleh karena itu menerapkan Syari’ah Islam secara kaffah merupakan ibadah yang paling sempurna. jadi menurut MMI sendiri bahwa tuntutan syari’ah islam bukan saja diwajibkan oleh agama, bukan saja diwajibkan oleh Al-Qur’an, tetapi juga syah menurut konstitusi negara Indonesia.
Langkah awal bagi sekelompok harakah (gerakan) yang mengusung penegakan syari'ah Islam di sebuah negara, yaitu diawali dengan penerapan sistem ini ke berbagai daerah (Profinsi), yang lebih dikenal dengan sebutan sistem Perda (Peraturan Daerah). Ada sebuah faktor yang cukup berperan penting untuk bisa atau tidaknya perda Syari'ah Islam diformalisasikan ke dalam sebuah daerah, yaitu faktor kultur kehidupan masyarakat daerah itu sendiri. Dalam hal ini penulis ingin melirik daerah banten dari sisi kultur masyarakatnya, apakah dengan kultur ini sistem syari’ah Islam bisa diaplikasikan di daerah banten, karena memang banyak yang mengisukan bahwa banten termasuk daerah nomer dua yang bisa menerapkan sistem Syari’ah Islam, setelah daerah Nanggoroe Aceh Darussalam.

II. Peran Kiyai dan Jawara Mewarnai Kehidupan Masyarakat Banten

kajian kebudayaan Banten tidak terlepas dari peran dan pengaruh dua kelompok masyarakat, yakni kiyai dan jawara, Meskipun kini kiayi dan jawara terkesan sebagai kelompok yang terpisahkan, tetapi dalam kesejarahan banten tempo dulu, kedua kelompok ini memiliki kaitan yang erat.
Sebuah wadah sosial dan keagamaan yang telah tumbuh semenjak awal-awal perkembangan Islam di Banten, bahkan semenjak masih berdirinya kerajaaan Hindu dan Budha di daerah Banten yang masih bertahan yaitu pesantren. Pemimpin dari sebuah pesantren adalah seorang kiyai, kapabilitas seorang kiyai pada masa itu dikenal dengan ketinggian ilmu agama dan ilmu kanuragannya, sehingga peran kiyai menarik perhatian banyak orang untuk berguru dan bersedia menjadi murid seorang kiyai. Pesantren sewaktu itu terletak di daerah yang cukup terpencil, sehingga keselamatan seorang muridpun cukup terancam dengan aksi anarkis preman-preman deso, maka dari situ seorang kiyai pun dituntut untuk mengajarkan ilmu kanuragannya kepada setiap murid demi keselamatan mereka.
Seorang murid yang mempunyai minat dan kemampuan dalam bidang intelektual disebut dengan Santri. Santri inilah yang meneruskan dakwah kiyai kemasyarakat secara luas, sedangkan sebagian santri yang memiliki kencedurangan dalam bidang kesaktian atau kedigjayaan yang kemudian dikenal dengan istilah jawara. Karena itu ada pepatah yang berkembang di masyarakat bahwa jawara sejati yaitu tentarane kiyai
Dalam wacana kekinian istilah kiyai dan jawara menjadi subkultur yang berbeda dan terpisahkan, orientasi dari misi kiyai sendiri itu diidentikan dengan mengajak kepada hal kebaikan, yang mempunyai pengaruh kharismatik atau berwibawa dan tetap mempunyai sifat sederhana walaupun kedudukan sosialnya yang istimewa, lebih dari itu kiyai juga bisa dikatakan sebagai guru besar agama dalam masyarakat Banten. Adapun dengan seseorang yang menyandang gelar jawara biasanya mengadu pada dua makna, yaitu, negatif dan derogratif (merendahkan), maka dari itu istilah jawara pun terkadang digunakan terhadap orang biasa, yang mempunyai sikap sosohoreun (derogratif) terhadap orang lain.
Adapun dengan peran kiyai masa sekarang, bukan hanya sebatas guru ngaji (alQu'an), guru kitab kuning (kitab-kitab klasik) ataupun seseorang yang mengajarkan ilmu ketarekatan yang mengarah pada kedigjayaan (kesaktian) Sebagaimana halnya peran kiyai tempo dulu, tapi peran kiyai di massa sekarang sudah cukup marak yang terjun ke dunia di luar wilayah keagamaan - khususnya dalam bidang politik dan ekonomi -, walaupun dalam sisi lain peran nya sebagai guru agama tidak pudar begitu saja, karena memang arus modernisasi yang menuntut kiyai untuk ikut andil dalam hal itu, walaupun banyak dari kalangan orang yang beranggapan bahwa terjunnya kiyai ke dunia di luar wilayah keagamaan itu lebih diakibatkan oleh materi dan kedudukan yang menuntut profesionalisme dalam segala bidang.
Perubahan sosial yang cukup besar yang terjadi pada rakyat Banten telah merubah persepsi masyarakat tentang peran-peran jawara. Bahkan sebagian masyarakat ada yang berkeinginan untuk menghilangkan istilah jawara itu, karena memang citra masyarakat budaya Banten yang selama ini diidentikan dengan kekerasan yang melekat di masyarakat Banten bisa dihilangkan. Tapi dalam dunia publik pemerintahan Banten sendiri yang berperan penuh dalam menduduki sektor-sektor tinggi dalam bidang ekonomi, sosial, dan politik yaitu seorang jawara. Sehingga dalam persepsi sebagian masyarakat, baik itu orang Banten sendiri maupun orang luar Banten menyatakan bahwa propinsi Banten dikuasai oleh para jawara.

III. Jaringan dan Hubungan Kiyai dan Jawara di Arena Publik

Kiyai sebagai salah satu tokoh yang mempengaruhi corak gaya hidup masyarakat Banten, hubungan antara kiyai dan masyarakat yang tentunya tak terlepas dari sebuah jaringan, jaringan sosial ini bisa ditemukan dari sebuah kekerabatan, hubungan antara guru dan murid, dan bekerjasamanya dengan pesantren atau lembaga lain. Ini semua termasuk wadah lokal yang tentunya tidak bisa menjaring massa secara publik di luar banten sendiri, adapun jaringan yang dibentuk oleh para kiyai yang bersifat interlokal, yaitu Nahdhatul Ulama (NU) sebuah majelis perkumpulan para kiyai yang menjaring anak-anak muda dalam bidang keintelektualan, bahkan wadah ini sudah termasuk ormas keagamaan terbesar di Indonesia yang pastinya mendapatkan sorotan besar dari masyarakat. Walaupun secara kronoligis tokoh yang mendirikan NU sendiri, bukan dari kalangan kiyai Banten, tapi tidak sedikit pula aset NU dari kiyai-kiyai Banten yang mempunyai peran penting di ormas keagamaan ini. Bahkan kiyai Banten dalam majelis ini menduduki sektor-sektor yang cukup tinggi. Adapun sebuah jaringan yang bisa membawa massa besar di dalam dunia politik, yaitu bisa kita lihat dengan bermunculannya partai-partai Islam yang kebanyakan dipimpin langsung sesorang yang mempunyai identitas kiyai, dan ini merupakan sebuah wadah yang bisa memegang peranan penting bukan hanya dalam ukuran daerah - terkhusus daerah banten -, bahkan sudah bisa menjadi bagian peranan penting dari sebuah negara yang sudah menjadi ukuran berbilang para kiyai yang duduk di perlemen-perlemen negara.
Begitupun dengan peran Para jawara dalam membangun jaringan hubungan antara mereka dan dengan pihak yang lain. Salah satu khas dalam kehidupan antara mereka di sebuah jaringan adalah rasa solidaritas yang tinggi, apalagi kalau yang dihadapinya adalah orang yang memiliki hubungan emosional, seperti adanya hubungan kekerabatan, seguru-seilmu, sepertemenan dan lain sebagainya. Jaringan yang dibentuk oleh para jawar tersebut kini tidak hanya bersifat non formal atau tradisional tetapi juga mempunyai masa tersendiri, yakni dengan terbentuknya P3SBBI (Persatuan Pendekar Persilatan dan Seni Budaya Banten Indonesia). Organisasi para jawara ini menghimpun lebih dari 100 perguruan yang tersebar di 17 propinsi di Indonesia. Organisasi ini berpusat di serang - ibukota propinsi Banten - yang kini dipimpin oleh H. Tb. Khasan Sokhib, ada hal yang menarik dari keluarga besar H. Tb. Casan Sochib bahwa putri dari ketua P3SBBI yaitu Hj. Atut Chosiya seorang Gubernur Propinsi Banten yang terpilih pada pemilu CAWAGUB Tahun periode sekarang, dan ini terlihat bahwa pada massa sekarang, peran dari jawarapun bukan hanya dalam bidang kedigjayaan (kesaktian) semata, tapi bisa lebih unjuk gigi di dalam ruang publik. Ini merupakan penomena yang cukup Fantastic. Kalau kembali ke belakang, sebuah historis dari istilah jawara sendiri yang selalu diidentikan dengan negatif dan derogratif (merendahkan). Tapi sekarang seorang dari keturunan jawara, bahkan dari anak kandungnya sendiri, dapat dipercaya dan diterima sebagai pemimpin Banten yang berkedudukan sebagai Decision Maker secara penuh dalam mengatur pemerintahan provinsi Banten


IV. Dengan Kaloborasi Perda dan Subkultur (Kiyai dan Jawara), Apakah Bisa Sistem Perda Syari'ah Diaplikasikan di Banten?

Di Pendahuluan tulisan ini, penulis telah singgung, bahwa cukup banyak orang yang mengisukan bahwa daerah Banten termasuk daerah nomer dua yang bisa diterapi 'sistem Syari'ah Islam (perda)', alasan mereka tidak lain, melainkan nuansa budaya Islam di daerah Banten dari dulu hingga saat ini sangat kental, terbukti dengan hadirnya para ulama dan pesantren-pesantren di setiap pelosok wilayah Banten. selaku wong banten, ungkapan ini mungkin menuntut kita untuk membuktikan 'apakah ungkapan itu benar?' yang tentunya ungkapan ini tidak terlepas dari dua subkultur yang mewarnai kehidupan masyarakat Banten, yaitu peran jawara dan kiyai.
Jaringan Kiyai dan Jawara adalah sebuah wadah Subkultural yang mewarnai gaya hidup masyarakat banten, wadah jaringan yang paling luas dari para kiyai sendiri yaitu sebuah ormas keagamaan terbesar di Indonesia Nahdhatu Ulama (NU), kalau kita melihat sikap NU sendiri terhadap penerapan sistem syari’ah Islam, dilihat dari suasana sidang konstituante pasca pemilu 1955, Masyumi dan NU merupakan kekuatan utama pengusung Islam sebagai dasar Negara. Tetapi realita yang kita hadapi sekarang berbeda jauh dari sebelumnya, sekarang NU termasuk Ormas yang menentang keras terhadap penerapan syari’ah Islam,Bahkan lebih dari itu NU menerima Indonesia sebagai model final hidup bernegara yang bhineka. Ketika Ketua Umum PBNU, KH Hasyim Muzadi, di wawancarai oleh pihak GATRA Rabu, 19 April 2007 lalu, di Gedung PBNU, Jakarta Pusat. Tentang sikap NU sendiri terahadap perda syari’ah,
NU sendiri menyikapi bahwa Syariat Islam sekarang diterima dengan apriori. Pro dan kontra. Satu sisi, ada tuntutan, syariat harus dilakukan secara tekstual. Di lain pihak, ada orang yang mendengar kata syariat saja sudah ngeri. Istilah Arabnya, ada ifrad (berlebihan mengamalkan beragama) dan tafrid (meremehkan, longgar, dan cuek dalam beragama). Menurut NU, masalahnya bukan pro kontra syariat. Tapi bagaimana pola metodologis pengembangan syariat dalam NKRI. Syariat tidak boleh dihadapkan dengan negara. NU sudah punya polanya. Bahwa tathbiq al-syariat (aplikasi syariat) secara tekstual dilakukan dalam civil society tidak dalam nation-state . Aplikasi tekstual itu untuk jamaah NU, untuk jamaah Islam sendiri. Dia harus taat beribadah, taat berzakat, dan sebagainya. Mengutip dari firman Allah SWT, wa man lam yahkum bima anzalallahu fa ulaika humul kafirun, (barang siapa tidak menghukum dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu orang kafir), ungkapan man (barang siapa) di sini maksudnya "orang", bukan "institusi".
Disini mungkin kita perlu ketahui walaupun secara tegas NU menyatakan bahwa menerima indonesia sebagai model final dengan sistem bernegara yang sekarang ini. Tapi dibalik itu tidak sedikit juga dari tokoh-tokoh NU yang mendukung dengan sistem syari'ah Islam, apalagi dengan didukung baground karektiristik kehidupan kaum salafy, yang bisa dibilang termasuk kaum fanatisme terhadap ajaran Islam.
Adapun dengan peran jawara sendiri yang mempunyai wadah jaringan di arena publik pemerintahan banten, menurut penulis bisa dikategorikan termasuk sekelompok orang yang lebih merasa damai dengan peraturan kehidupan masyarakat banten sekarang, Karena kebanyakan orang tempo dulu secara umum memandang jawara itu di identikan dengan negative dan derogratif (merendahkan) yang lain. lebih dari itu secara historis juga, bahwa munculnya istilah jawara itu berawal dari sebagian kelompok santri yang lebih cenderung kepada ilmu yang bersifat kedigjayaan. Dengan watak komplekasi yang bersifat sebagai gaya hidup keras maka, dikala seorang jawara ada kesengketaan dengan yang lain secara tidak langsung, mendukung sekali peran jawara akan kearah yang berdampak kerusuhan atau keanarkisan. Demikian pula dengan jawara masa sekarang, secara karakteristik tidak akan jauh beda dengan jawara tempo dulu. Begitupula dengan sistem perda dalam masalah sanksi pelanggaran hudud (batasan-batasan hukum) akan lebih berat dibandingkan dengan sistem pemerintahan sekarang. Mungkin inilah salah satu faktor yang tidak mendukung para jawara di terapkan perda syari'ah didaerah banten. contoh kecil pula yang bisa penulis ambil dari karekteristik gubernur Banten yang sekarang HJ. Atut Chosiyah salah satu dari putri ketua kumpulan jawara (H.Khasan Kholid), kalaupun beliau tidak setuju dengan sistem banten yang sekarang ini, mungkin tidak ingin berkecimpung di perlemen pemerintahan banten yang sekarang, apalagi terlihat beliaulah yang mempunyai hak penuh sebagai Desain Maker terhadap pemerintahan yang sekarang.


V. Penutup

Dilihat dari latarbelakang subkultural yang cukup berperan dalam mewarnai kehidup masyarkat banten, untuk formalisasi syari'ah Islam secara penuh di daerah banten sendiri mungkin masih banyak pertimbangan dan perlu waktu, walaupun secara realita experimen (percobaan) sebagian dari perda syari'ah yang di terapkan sudah mulai menjamur diberbagai daerah banten, dan lebih dari itu semangat untuk menerapkan syari’ah Islam di daerah banten telah menguat sejak 2001 hal ini bisa dilihat dengan mulai diselenggarakannya Konferensi Regional Daerah tentang penerapan syariáh Islam yang diselenggarakan HTI Banten (Juli 2001), diselenggarakannya Majelis Akhir Bulan (MAB) oleh DPW PKS Banten sepanjang 2001-2002, terbentuknya Panitia Persiapan Penerapan Syariáh Islam di Banten (P3SIB, September 2002), terbentuknya FSPP Banten (Desember 2002), diselenggarakannya konsolidasi elemen umat Islam Banten untuk penerapan Syariáh Islam (Kerjasama FSPP dan P3SIB, Maret 2004) dan diselenggarakannya Semiloka Menggagas Kongres Umat Islam Banten oleh MUI Banten (Pebruari 2005) dilanjutkan dengan Semiloka Mempersiapkan KUIB (Januari 2006). Tapi aksi-aksi dari kelompok ini selalu berbenturan dengan orang-orang perlemen yang ada di arena publik, bukankah kewenangan menerapkan atau memformalkan Syariah Islam itu berada pada negara (termasuk provinsi) bukan pada rakyat (umat). Tugas utama rakyat atau elemen-elemen umat adalah mendorong negara agar secara sadar berkehendak menerapkan Syariáh Islam secara kaaffah. Jadi kekuatan intra dan ekstra dari pihak parlemen dalam hal ini cukup krusial demi terlaksananya formalisasi syariah di daerah kita. Jikalau negara Indonesia khususnya daerah banten sendiri bisa menjadi baldatun thoyibatun warobbun ghofur dengan sistem syari'ah Islam semoga usaha untuk memformalisasikan perda Syari'ah bisa cepat di realisasikan.

Referensi:
1. Dialog umum resonansi. Radikalisme Umat Beragama. Yogyakarta 2006
2. Biro Humas Setda Provinsi Banten.Tasbih dan Golok. Serang Biro Humas Setda Provinsi Banten. cet 1 2005
3. Redaksi NU online. Bila Syari'ah Harfiyah Negara Retak. Nu online.com 2007
4. M. Ali Musthafa. Menyongsong Kongres Umat Islam Baten. 2007


Baca Selengkapnya...

Merombak tarawih ‘Ala Indonesia

Apakah makna puasa dibulan Ramadhan ini bagi kita semua,? Pertanyaan ini layak diajukan terus-menerus setiap kali kita memasuki bulan suci, agar kita tidak terlelap dalam sikap yang “lugu”, yaitu hanya menerima kedatangan bulan suci tersebut sebagai kerutinan yang sudah biasa.


Ada sejumlah hal yang menarik, berkenaan dengan cara menyambut kedatangan bulan ini, Beberapa hari menjelang dan hingga hari pertama bulan Ramadhan tiba, cukup lumayan banyak saya menerima sms (layanan pesan cepat) yang berisi ucapan selamat atas datangnya bulan itu, permintaan maaf, serta cetusan rasa gembira karena tibanya bulan yang akan menghantar umat Islam kepada fitrahnya yang asal. Begitupula ekspresi masyarakat masri dalam menyambut kedatangan bulan suci, bisa kita lihat hampir disemua sudut kota, spanduk dan poster ucapan marhaban ya ramadhan (selamat atas datangnya bulan suci) ini dipasang, ditambah hiasan lampu-lampu clasik (fanus) yang memperindah jalanan di waktu malam tiba, belum lagi ketika kita ngabuburit sasaran pandangan kita biasanya tidak akan meleset kesebuah tenda yang bertuliskan maidaturrahman, sebuah tempat ifthor (berbuka puasa) yang disediakan oleh para dermawan untuk pekerja, pelajar, atau orang-orang yang tidak sempat berbuka di rumahnya. Hal ini mengesankan bahwa sambutan masyarakat akan kedatangan bulan Ramadan itu begitu antusias. Ramadhan di jadikan sebuah sarana untuk berlomba-lomba dalam beramal. Dari ekspresi sambutan itu bisa menunjukan bahwa masyarakat memang benar-benar akan mengalami suatu “peristiwa spiritual” yang dahsyat, dan setelah itu akan ada semacam new beginning, permulaan hari baru dimana masyarakat telah mengalami suatu transformasi atau perubahan penting dalam dirinya.

Mungkin kita semua mengakui bahwa ramadhan adalah bulan yang kaya dengan ibadah (ritual), Kalau ritual ini bisa kita nikmati dan menghayati dan jiwa merasa terkontaminasi karena pengaruh ritualitas kita, itu petanda ritual bisa menghantarkan kita kesinggasana relung spiritualitas, kalau hal ini sudah bisa kita aflikasikan dalam semua ritualitas dibulan ramadhan, insyallah setelah melalui bulan yang suci ini, wajah masyarakat kita akan berubah total, akan mengalami perubahan kualitatif menuju tahap yang lebih baik.

Kalau mau me-review kebelakang disaat kita masih di tanah air, tidak sedikit didaerah kita yang melaksanakan shalat tarawih, sebuah ritual yang tidak kita dapatkan dibulan-bulan lain, yaitu kurang nilai penghayatannya, bahkan ada kesan terburu-buru yang bisa mengakibatkan rusaknya bacaan seorang imam shalat. Tentunya hal ini jauh berbeda dengan realita pelaksanaan tarawih yang kita rasakan dinegri sini, bahkan dinegri-negri timur lainnya yang mayoritas penduduknya muslim. mereka begitu menghayati dan menikmati akan keindahan ayat suci al-Qur’an yang dilantunkan oleh seorang imam. Bahkan lebih dari itu shalat tarawih dijadikan sebagai ajang untuk menghatamkan al-Qur’an samapi 30 juz. Hal yang luar biasa bukan?? Mungkin diindonesia budaya seperti ini bisa terhitung masih langka. bahkan kebanyakan diderah kita surat yang dipakai untuk shalat tarawih yaitu surat An-Naba yang sudah menjadi rumusan dimulai dari surat At-Takasur sampai surat An-Nass. Rumusan ini bukan didapatkan dari al-Qur’an, hadits atau hujah-hujah yang lainnya, melainkan hanya sebuah unsur akal-akalan para ulama kita yang dijadikan sebagai kode etik supaya mempermudah menghafal dan mempercepat shalat. Kesan ini menunjukan bahwa sikap orang kita (indonesia) terhadap ritual hanya “ arep wenakee wae”.

Sebetulnya kalau kita tahu asal dari kata “tarawih” yaitu taruwiyah yang artinya bersantai-santai, jadi shalat tarawih itu adalah qiyam ramadhan yang dikerjakan secara tenang dan santai, yang bertujuan untuk menghidupkan susasana malam ramadhan.
mengutif hadist dari Abu Hurairah r.a. menceritakan bahwa Nabi saw. Sangat mengajurkan qiyam ramadhan dengan tidak mewajibkannya. Kemudian Nabi saw. Bersabda, “Siapa yang mendirikan shalat di malam Ramadhan dengan penuh keimanan dan harapan, maka ia diampuni dosa-dosanya yang telah lampau.” (muttafaq alaih).

Lebih dari itu kalau dilihat dari sisi sejarah, awal pertama kali rasulullah melaksanakan shalat tarawih dikutif dari hadist Bukhari diriwayatkan dari Abdurrahman ibn Abd (Al-Qari), ia berkata: Pada suatu malam di bulan Ramadhan, aku keluar bersama Umar menuju masjid. Kami melihat banyak orang sedang shalat sendiri-sendiri. Masing-masing terpisah dari yang lainnya. Melihat hal itu, Umar berkata, “Seandainya orang-orang itu aku kumpulkan dalam satu jamaah yang dipimpin oleh seorang imam, tentu lebih baik.”
Kemudian Umar menetapkan niatnya itu dan mengumpulkan mereka semua dalam satu jamaah yang dipimpin oleh Ubay ibn Kaab.
Abdurrahman berkata lagi bahwa setelah itu, pada malam yang lain, aku keluar lagi bersama Umar, sementara orang-orang sedang melaksanakan shalat mereka di belakang seorang imam. Ketika menyaksikan hal itu, Umar berkata, “Ni’matil bid’ah hâdzihi.”
“Inilah bid’ah yang paling baik”, begitulah kata Khalifah Umar dalam Shahîh Al-Bukhârî bab “Shalâh Tarâwîh”. Meskipun bid’ah tapi ini baik, makanya ada istilah bid’ah hasanah.
Kisah ini terjadi kira-kira dipertengahan masa pemerintahan Khalifah Umar, jadi pada masa Nabi saw, Abu Bakar, dan paruh pertama masa Umar, belum ada shalat tarawih. Biasanya disebut qiyâm al-layl tanpa berjamaah. Dari penuturan kisah ini, kita bisa ambil kesimpulan bahwa: lebih afdhol (utama) shalat dirumah dengan keadan jiwa yang tenang dan santai yang akan mendekatkan ke arah nilai spiritual yang tentunya akan lebih tersasa atsar dari sebuah ritual, dari pada shalat tarawih berjama’ah dimesjid dengan keadaan tergesa-gesa yang akan mengakibatkan rusaknya kaidah bacaan ayat suci al-Qur’an, dan jauh dari nilai penghayatannya. Maksud saya asumsi seperti ini bisa dijadikan alternatif lain oleh masyarakat kita, dikala kita sedang fhutur atau merasa tidak kuat untuk melaksanakan shalat berjama’ah dimesjid, yang kalau dipaksakan akan mengakibatkan kesan baranggusuh teuparuguh.
Berbicara masalah ritual yang satu ini (tarawih), banyak dikalangan ulama kita yang masih mempermasalahkan sebuah opini lama, yaitu jaumlah bilangan rakaat shalat tarawih, perlu kita ketahu di Islam jalur suni yang mendominasi Indonesia yaitu mahzab Syafei yang di wakili oleh kelompok yang bernama NU , mensyaratkan bahwa sholat tarwih itu 23 rakaat , 20 sholat sunah lail ditambah dengan 3 sholat witir atau sholat penutup
20 raka'at itu terdiri dari 4 raka'at salam atau 2 raka'at salam. Adapun ormas yang mendominasi rangking ke dua diindonesia yaitu Islam Reformis ( Pembaharu) yang diwakili oleh kelompok yang bernama Muhamadiyah mensyaratkan bahwa sholat tarawih itu 11 raka'at , delapan raka'at shalat sunnah tarawih, dan tiga rakaat yaitu shalat sunnah witir

Memang opini ini masih menjadi sebuah wacana yang cukup santer dikalangan masyarakat kita. NU dan Muhamadiyah dari catatan sejarah perkembangan Islam di Indonesia pernah berseteru (ribut) dan menurut saya ini bisa dikatakan wajar dari sepanjang abad sejak rosul wafat sampai akhir jaman hanya Yahudi dengan yahudi , Nasrani dengan nasrani , Islam dengan yahudi, Islam dengan Nasrani , Islam Suni dengan Islam Syiah , Islam Suni Hambali dengan Syafei , islam suni Syafei dengan Islam reformis dll selalu berseteru (ribut), lagipula pendapat dari masing-masing kalangan mereka toh bisa dipertanggung jawabkan. tapi etika ibadah shalat tarawih yang dijadikan sebuah momen ibadah santai dan penuh dengan ketenangan dan penghayatan yang bertujuan untuk mengidupkan suasana malam ramadhan itu tidak bisa dikotak katik, ini sebuah wacana yang kurang perhatian dari ulama ataupun kita semua. Dari sini penulis ingin mangajak kepada teman-teman semua yang suatu saat nanti akan berkifrah didaerahnya masing-masing, untuk bisa merombak ritu’al ‘ala indonesia. Yang tentunya tak terlepas dari sebuah etika, karena “orang yang jiwanya shalat lebih bik dari shalat itu sendiri” Semoga!!!
Rabu,19 september 2007. M /08 ramadhan 1428 .H


Baca Selengkapnya...

Angel Anak Tukang Roko


Dimusim dingin yang sudah cukup larut malam, tidak biasanya aku merasa berat untuk memejamkan mata, selimut tebal yang membungkus badanku sesekali hanya bisa kubolak-balikan dengan dibumbui pikiran yang kosong menerawang kemana-mana. Alunan musik melankolispun yang biasa menjadi teman penghantar tidurku, malam ini serasa sudah tidak bersahabat. Sebetulnya siang tadi aku cukup full seharian melakukan aktivitas, sehabis kuliah aku sempatkan dulu mampir ke perpus (pmik) untuk mengembalikan buku pekan kemaren yang aku pinjem. sore harinya ikut main bola bareng sama teman-teman almamaterku, ditambah dua jam sebelum rebahan sekarang ini, aku baru pulang dari acara diskusi ditempat kekeluargaanku (KMB),



“harusnya jam segini aku sudah lelap” gumamku dihati. kuangkat selimut yang menggulung badanku “huhhh”...sambil menghembuskan napas kencang petanda aku resah.Tanpa banyak pikir aku langsung ngeluyur keruang tamu menghampiri mamat yang lagi sibuk bikin cerpen buat perlombaan terobosan award. Dari dua Malam kemaren memang yang ada dirumah cuman aku dan mamat, sedangkan udin dan ro’uf lagi asyik ikut tour bareng teman almamaternya (FSDl) ke alexandria, katanya seh besok malam mereka baru bisa pulang

“Mat? sahutku”
“Assssstagfirullah...doel...doel....bikin kaget aja lo “
“hehee...” senyumku datar,
“blom selesai aja dari kemaren mat” tanyaku.
“Cerpen seh udah, cuman lagi bikin kolom neh, sekalianlah mumpung lagi ada mood”
Emang temenku yang satu ini kalau lagi nulis seriusnya gila-gilaan, kalau dia lagi mood hanya dalam waktu sehari dia bisa bikin cerpen tiga buah, maklumlah fans berat pram (pramoedya anata tour),
aku banyak belajar sama temenku yang satu ini
“Eh..mat lagu pesenan lu dah gw copyin tuh”
“Soundtreknya soehokgie??”tanya mamat
“Iya...”jawabku”
“emang lo tau banget yang gw mau doel...biasanya kalau lagi nulis sambil denger puisi cahaya bulan feeling gw jadi cepet nich.
“Hmhmm cape deh” sambil ngeluyur ke kamar toek ambilkan plasdish buat mamat”
ketika menyalahkan lampu kamar aku mendengar dring rington reminder handpoundku berbunyi, yang isinya “ 14 november hari ulang tahunnya” dia adalah anggel gadis mesir yang baik hati dan ramah, aku cukup simpatik bahkan suka kepadanya ...dan gilanya aku sempet berfikir dia termsuk tifical orang yang cocok buat dijadikan pendamping hidupku. Weww...aku cukup lama mengenal dia, enam bulan yang lalu sewaktu habis pulang dari kuliah bis delapan puluh coret jadi saksi bisu untuk perkenalan kami berdua. aku menawarkan bangku kosong kepada angel yang ada didepanku, mempersilahkannya
duduk..Lima menit setelah itu penumpang yang duduk disamping angel turun dan akhirnya aku bisa duduk disamping nya,
“Syukron” campur senyum manisnya, sahut angel”
“afwan jawabku”, dengan durasi yang aga lambat, campur perasaan kaget.
Sewaktu itu aku sempat di bikin shok olehnya, karena kupikir dalam suasana bis yang berdesakan seorang pria mempersilahkan duduk kepada perempuan itukan hal yang sudah lumrah. dan selama empat tahun jalan aku tinggal dicairo, baru kali ini ada gadis mesir yang berani menyapaku ditambah dengan pandangan bibir merahnya yang cukup merekah dan selalu basah...amboiiii anganku melayang.
Setelah ku tanya “isamakebah hadhorotik, kunti fein wasakin faen...??
Taunya dia tetanggaku, anaknya ‘amu mahmud anak tukang roko langgananku, bahkan kalau lagi bulan tua aku sering ngebon sama si ‘Amu
Yang paling kusukai dari angel, dia amat beda dengan kebanyakan gadis mesir lainnya, ga kasar dan ga jutek bahkan menurutku keayuannya bisa melebihi perempuan asia. dia cukup pintar merawat badan, terlihat dari bodynya yang begitu singset dan padat, tingginyapun semampai dan langkahnyapun cukup tenang, wah pokonya hanya angel satu-satunya gadis gurun yang menjadi pujaanku.
“Doel.....lama banget sih lo” sahut mamat.
“iyaaa.....”jawabku sambil memasang plasdish ke CPU
“Lagi ngapain seh lo, lama banget”
“ada remider, anggel ulang tahun hari ini.
“Wuihhhh...yang lagi kasamaran, ya udah sekarang ngomong sama angel, ini momen yang yang pas buat lo doel.
“heheee... “senyumku kecut
“Iya.... tunggu apalagi, gw aneh ma lo doel, susah banget seh cuman tinggal ngomong doang, cemen lo ...ketus campur sewot sedikit mamat.
“Hahaha...”
Kayanya kata cemen ini ketiga kalinya yang keluar dari mulut mamat, tapi aku merasa cukup seneng kalau melihat gaya dia lagi kaya gini, itu petanda dia lagi care. sebetulnya bukan hanya mamat yang sewot supaya aku cepat jadian sama angel, bahkan teman-teman yang lain juga banyak yang mendukung aku untuk cepat-cepat menjalin hubungan sama cewek idamanku itu. Memang baru pertama kali ini aku merasa terbata-bata bahkan nyaris gugup hanya untuk mengatakan kata cinta...predikat ga gentle, cemen dan penakut kuakui itu pass buat diriku. Aku sadar bahwa aku selalu mendramatisir perasaan, karena yang aku rasa perasaanku sama cewek yang satu ini jauh berbeda dari yang sudah-sudah. Seperti cowok yang baru mengenal cinta yahhh namanya juga perasaan susah untuk menetralisirnya.
“Lah ko malah lagunya iwan fals seh doel” tanya mamat.
“Soehokgie dinew folder,,,eh bentar mat... lagu ini dulu dong...gw suka liriknya pleash ok” pintaku.

Sambil ditemanai cleopatra dan teh yang sudah dingin akhirnya kami menikmati lagu ma’af cintaku yang liriknya aga lucu dan konyol
“memang kuakui bahwa aku pengecut
Untuk menciummu juga merabamu
tapi aku tak takut untuk ucapkan
segudang kata cinta padamu” (potongan dari bait liriknya lagu iwan)
“tuh denger.... iwan juga ga takut mengatakan cinta walaupun sama lonte apalagi ama gadis gurun pujaan lo” seronok mamat.
“yah bedalah mat..”jawabku.
“Kita begitu berbeda dalam semua kecuali dalam cinca...heheee” potongan bait puisi cahaya bulan (soehokgie) mamat lantunkan dengan maksud mengecengku.
“cahaya bulan menusuku..dengan ribuan pertanyaan yang takan pernah kutau dimana jawaban itu” kuteruskan bait puisi itu dengan maksud menjawabnya.
Hahaha... “kami berdua tertawa.
“udah ah..gw tidur dulu...” aku mengeles.
“eh...eh...belom selesai nich ngobrolnya”
“Pagi-pagi gw harus bangun, mo ngurus jawazat, tau sendiri jawazat antriannya lo” Sambil ngeluyur kekamar.

Sebelum tidur kusempatkan untuk mengambil wudhu menunaikan shalat tahajud dan istikharah, pintaku dalam do’a malam semoga diberikan kemantapan hati dalam memilih pasangan hidup, dan yang pastinya itu yang paling terbaik untukku, rintihku kepada tuhan.
Dengan penuh ketenangan dan kedamaian shalat malam lebih bersahabat sebagai penghantar tidurku.
“doel..doel.. subuh dulu...katanya mo kejawazat, udah jam enam tuh, bentar lagi siang ...sambil menepuk punggungku.
“huhuhhh...” kagetku.
“kenapa lo” tanya mamat.
“ngga.. cuman mimpi” jawabku
“ooooo” mamat sambil keluar kamar dan membesarkan volume musik.
Dalam mimpiku aku melihat angel mendekapku, dia menangis
“kamau jahat...kenapa tidak ngomong dari dulu” kata angel.
“aku rasa ini waktu yang pas” jawabku.
“Aku sudah ditunangkan”
“ohhhh....” jawabku dengan nada kecewa...
Dari situ aku merasa kecewa, kecewa sekali....setelah beberapa menit aku baru sadar, “
“kenapa aku harus kecewa ini kan hanya dalam mimpi” gumamku.

Sekarang aku merasa yakin, angel adalah orang yang tepat untuk kujadikan pendamping hidup, sekarang dia bukan hanya gadis idaman dan khayalanku. Yang hanya selalu hadir dalam mimpi dan lamunanku. dia akan menjadi kekasihku. Karena hari ini aku akan mengatakan kepadanya bahwa aku sayang....sayang sekali.



Aku tak tau harus mulai dari mana
Aku tak tau harus menulis apa
Ditanganku duka
Ditanganku suka

Lagu cinta ingin kunyanyikan
Namun lidahku kaku hatiku beku
Aku rindu... aku tak tau...
lagu cinta dimana kamu..

Mencari apa yang dicari menungu apa yang ditunggu
Aku merasa dikejar waktu...

Dari mana kamu datang..
Aku tak mendengar langkahmu
Lagu cinta pelan-pelan bangunkan aku

Mencari apa yang dicari
Menunggu apa yang di tunggu aku merasa di kejar waktu

Sambil menikmati lirik lagu iwan fals yang datang dari ruang tamu, pagi itu aku hanya bisa tersenyum sendiri menikmatti kebodohanku selama ini,,
karena ku pikir “patah hati memang itu sakit
tapi lebih sakit lagi jikalau orang yang kucintai tidak mengetahui isi hatiku”.


By : Bujang Lapuk


Baca Selengkapnya...